Perkenalanpertama Minangkabau dengan Islam, sebagai yang masih diasumsikan, adalah melalui dua jalur yaitu : pertama, pesisir timur Minangkabau atau Minangkabau Timur antara abad ke-7 dan 8 Masehi, kedua, melalui pesisir barat Minangkabau pada abad ke 16 Masehi. Teori jalur timur didasarkan oleh intensifnya jalur perdagangan melalui sungai
Ilustrasi ilmu tarikh. Foto unsplashTarikh berasal dari bahasa Arab yang berarti ketentuan waktu. Secara istilah, tarikh adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa di masa lampau dalam kehidupan umat tarikh sama dengan ilmu sejarah. Menurut Hafidz Muftisany dalam buku Ensiklopedia Islam Sejarah Adat Minang Hingga Ilmu Tarikh 2021, tarikh diambil dari tiga peringatan, yakni peringatan tertulis, peringatan keturunan silsilah, dan peringatan benda-benda masa mengambil peran tersendiri dalam sejarah peradaban manusia. Mulanya, ilmu tarikh tidak memiliki kedudukan yang istimewa di mata para pada tahun 170-194 H, tarikh mulai dimasukkan sebagai salah satu cabang ilmu resmi. Bagaimana klasifikasi dan sejarah permulaannya? Simak artikel berikut untuk mengetahui Ilmu Tarikh dan KlasifikasinyaPengetahuan yang dapat digunakan untuk menyusun ilmu tarikh ada banyak jenisnya. Namun, yang perlu diketahui hanya tiga, yakni Takhthithul-Ardh ilmu batas-batas bumi atau ilmu bumi, Thabaqatul-Ardh ilmu isi bumi, dan Taqwimul-Buldan ilmu batas-batas negara.Ilustrasi ilmu tarikh. Foto pixabaySejatinya, jenis-jenis ilmu tersebut sudah berkembang sejak dulu kala. Umat manusia dengan kemampuan naluriahnya selalu memperhatikan kejadian atau peristiwa besar yang ada di mereka merekam dan mencatatnya ulang untuk dijadikan sebagai bahan bacaan. Mulai dari sini lah, ilmu tarikh dapat tumbuh dan berkembang pesat hingga saat ulama membagi ilmu tarikh manusia menjadi dua bagian, yakni tarikh aam dan tarikh khash. Tarikh aam adalah tarikh yang menerangkan urusan manusia secara umum. Sedangkan tarikh khash adalah tarikh yang menerangkan urusan suatu umat, bangsa, dan tentang zaman tarikh, para ulama membaginya menjadi tiga bagian. Pertama, zaman dahulu yang dimulai sejak zaman permulaan dunia sampai masa runtuhnya Kerajaan Romawi ilmu tarikh. Foto pixabayKedua, zaman pertengahan yang dimulai sejak runtuhnya Kerajaan Romawi Barat sampai masa binasanya Kerajaan Romawi Timur. Ketiga, zaman sekarang yang dimulai sejak perebutan Istanbul oleh bangsa Turki hingga saat dalam buku Kelengkapan Tarikh Jilid 1 karya Moenawar Chalil, tarikh tidak hanya bicara soal sejarah dan waktu, melainkan juga perihal tahun. Pada tarikh hijriyah, permulaannya dimulai ketika Umar bin Khathab diangkat menjadi itu, Umar menerima sepucuk surat dari sahabatnya, Abu Musa al-Asy'ari. Kemudian, Abu Musa mengadu kepada beliau bahwa ia merasa kebingungan karena banyak surat Sayyidina Umar yang datang tanpa disertai ia bingung menentukan antara surat yang baru dan surat lama. Karena itu, ia menyarankan Sayyidina Umar untuk membuat sistem penanggalan pada kalender ilmu tarikh. Foto pixabayAkhirnya, Umar pun memanggil semua staf dan orang penting yang ada di pemerintahannya. Ia mengajak mereka untuk berdiskusi merumuskan sistem penanggalan sekaligus menentukan kapan tahun pertama itu akan dari buku Sejarah Pembentukan Kalender Hijriyah oleh Ahmad Zarkasih, Lc., ada yang mengusulkan tahun pertama dimulai pada tahun Gajah. Ada juga yang mengusulkan di tahun wafatnya Nabi Muhammad, di tahun Nabi diangkat menjadi Rasul, dan di tahun hijrahnya Nabi dari Mekkah ke semua opsi tersebut, akhirnya Khalifah Umar memutuskan untuk memulainya di tahun hijrah Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah. Keputusan ini tidak terlepas dari usulan sayyidina Utsman dan Ali bin Abi yang dimaksud dengan tarikh?Apa saja jenis ilmu tarikh?Bagaimana sejarah permulaan tarikh hijriyah?
Jurusansastra masuk soshum atau saintek? Diana. 3 tahun yang lalu. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Sastra Arab (Sastra Asia Barat) Sastra Bali Sastra Belanda Sastra Cina (Sastra Mandarin) Sastra Indonesia Sastra Inggris Sastra Jawa Sastra Jepang Sastra Jerman Sastra Korea Sastra Minangkabau Sastra Nusantara Sastra Perancis Sastra Rusia
Mantra pamaga diri diucapkan dengan menggunakan bahasa arab, bahasa minang atau ada juga menggunakan bahasa indonesia. Dengan kata lain bila tidak kenal akan diri mustahil akan kenal dengan tuhan. Ilmu nan di alimun kan nyo. This research is categorized in the type of philological . Pengetahuan yg aq dapati kalau asma ini sudah sebati dibadan diri . Share Ilmu Minang Masuk Sini Page 109 Kaskus from Inti dari pepatah ini adalah bersikap . Dengan kata lain bila tidak kenal akan diri mustahil akan kenal dengan tuhan. Campuran mantera selang bahasa minang dan bahasa arab menandakan pengaruh islam di dalam silat di minangkabau. Sagalo tompat inyo mandirikan, di diri. Bagi perantau minang, lawan pantang dicari dan bertemu pantang di . Menghormati orang tua dari kita umurnya, bukan tergantung kepada ilmu dan kepandaiannya saja, tetapi karena ketuaannya. Ilmu nan di alimun kan nyo. Asma kaji sakato bismillahirrahmaanirrahim masih tentang nabi musa. Menghormati orang tua dari kita umurnya, bukan tergantung kepada ilmu dan kepandaiannya saja, tetapi karena ketuaannya. Iko saketek kaji diri dari ambo, oleh2 perkenalan. Pengetahuan yg aq dapati kalau asma ini sudah sebati dibadan diri . Berikutnya, bekal bela diri atau silek silat untuk melindungi diri. Campuran mantera selang bahasa minang dan bahasa arab menandakan pengaruh islam di dalam silat di minangkabau. Dengan kata lain bila tidak kenal akan diri mustahil akan kenal dengan tuhan. Mantra pamaga diri diucapkan dengan menggunakan bahasa arab, bahasa minang atau ada juga menggunakan bahasa indonesia. Sifat duo puluah bahaso minang by v9m1tv1virgo1maradon. Menghormati orang tua dari kita umurnya, bukan tergantung kepada ilmu dan kepandaiannya saja, tetapi karena ketuaannya. This research is categorized in the type of philological . Inti dari pepatah ini adalah bersikap . Ilmu nan di alimun kan nyo. Sagalo tompat inyo mandirikan, di diri. Iko kaji dari angku mudo juli dari pekanbaru, diterima oleh ajo . Iko kaji dari angku mudo juli dari pekanbaru, diterima oleh ajo . Campuran mantera selang bahasa minang dan bahasa arab menandakan pengaruh islam di dalam silat di minangkabau. Menghormati orang tua dari kita umurnya, bukan tergantung kepada ilmu dan kepandaiannya saja, tetapi karena ketuaannya. Dengan kata lain bila tidak kenal akan diri mustahil akan kenal dengan tuhan. Iko saketek kaji diri dari ambo, oleh2 perkenalan. Kaji Bijo Silek Limbago from This research is categorized in the type of philological . Asma kaji sakato bismillahirrahmaanirrahim masih tentang nabi musa. Campuran mantera selang bahasa minang dan bahasa arab menandakan pengaruh islam di dalam silat di minangkabau. Inti dari pepatah ini adalah bersikap . Iko kaji dari angku mudo juli dari pekanbaru, diterima oleh ajo . Inti mengambil inti atau kaji duduk. Iko saketek kaji diri dari ambo, oleh2 perkenalan. Berikutnya, bekal bela diri atau silek silat untuk melindungi diri. Iko kaji dari angku mudo juli dari pekanbaru, diterima oleh ajo . Ilmu nan di alimun kan nyo. Bagi perantau minang, lawan pantang dicari dan bertemu pantang di . Iko kaji dari angku mudo juli dari pekanbaru, diterima oleh ajo . Pengetahuan yg aq dapati kalau asma ini sudah sebati dibadan diri . Inti dari pepatah ini adalah bersikap . Asma kaji sakato bismillahirrahmaanirrahim masih tentang nabi musa. Sagalo tompat inyo mandirikan, di diri. This research is categorized in the type of philological . Inti mengambil inti atau kaji duduk. Sifat duo puluah bahaso minang by v9m1tv1virgo1maradon. Campuran mantera selang bahasa minang dan bahasa arab menandakan pengaruh islam di dalam silat di minangkabau. Mantra pamaga diri diucapkan dengan menggunakan bahasa arab, bahasa minang atau ada juga menggunakan bahasa indonesia. Berikutnya, bekal bela diri atau silek silat untuk melindungi diri. Iko kaji dari angku mudo juli dari pekanbaru, diterima oleh ajo . Sagalo tompat inyo mandirikan, di diri. Mantra pamaga diri diucapkan dengan menggunakan bahasa arab, bahasa minang atau ada juga menggunakan bahasa indonesia. Menghormati orang tua dari kita umurnya, bukan tergantung kepada ilmu dan kepandaiannya saja, tetapi karena ketuaannya. Iko saketek kaji diri dari ambo, oleh2 perkenalan. Harga Diri Mantan Pecandu Narkoba Yang Bekerja Di Pusat Rehabilitasi X Jambi Jurnal Psikologi Jambi from Sagalo tompat inyo mandirikan, di diri. Iko kaji dari angku mudo juli dari pekanbaru, diterima oleh ajo . Sifat duo puluah bahaso minang by v9m1tv1virgo1maradon. Pengetahuan yg aq dapati kalau asma ini sudah sebati dibadan diri . Menghormati orang tua dari kita umurnya, bukan tergantung kepada ilmu dan kepandaiannya saja, tetapi karena ketuaannya. Dengan kata lain bila tidak kenal akan diri mustahil akan kenal dengan tuhan. Inti mengambil inti atau kaji duduk. Mantra pamaga diri diucapkan dengan menggunakan bahasa arab, bahasa minang atau ada juga menggunakan bahasa indonesia. Ilmu nan di alimun kan nyo. Berikutnya, bekal bela diri atau silek silat untuk melindungi diri. Menghormati orang tua dari kita umurnya, bukan tergantung kepada ilmu dan kepandaiannya saja, tetapi karena ketuaannya. Sagalo tompat inyo mandirikan, di diri. Inti mengambil inti atau kaji duduk. Iko kaji dari angku mudo juli dari pekanbaru, diterima oleh ajo . Mantra pamaga diri diucapkan dengan menggunakan bahasa arab, bahasa minang atau ada juga menggunakan bahasa indonesia. Asma kaji sakato bismillahirrahmaanirrahim masih tentang nabi musa. Ilmu nan di alimun kan nyo. This research is categorized in the type of philological . Pengetahuan yg aq dapati kalau asma ini sudah sebati dibadan diri . Campuran mantera selang bahasa minang dan bahasa arab menandakan pengaruh islam di dalam silat di minangkabau. Bagi perantau minang, lawan pantang dicari dan bertemu pantang di . Dengan kata lain bila tidak kenal akan diri mustahil akan kenal dengan tuhan. Ilmu Minang Kaji Diri. Pengetahuan yg aq dapati kalau asma ini sudah sebati dibadan diri . Campuran mantera selang bahasa minang dan bahasa arab menandakan pengaruh islam di dalam silat di minangkabau. Bagi perantau minang, lawan pantang dicari dan bertemu pantang di . Berikutnya, bekal bela diri atau silek silat untuk melindungi diri. Asma kaji sakato bismillahirrahmaanirrahim masih tentang nabi musa.
JIKA2007 ini anda punya rencana untuk pulang kampuang--bagi yang merantau-- atau mau jalan ke Ranah Minang --buat yang hobi jalan-jalan--, reschedule kembali jadwal kunjungan ada. Itu jika anda berkeinginan melihat prosesi baralek gadang (pesta pernikahan) ala rang Minang di Kota Padang. Saat liburan panjang nanti, sekitar Juni-Juli 2007, keingintahuan anda soal pesta adat ini akan terjawab.
Di era 90 an ilmu pelet mulai dikenal masyarakat untuk memikat hati lawan jenis secara paksa. Sarana pukulan yang bisa mengakibatkan kematian. Ilmu Tujuh Rasa Ternyata hampir di semua suku di indonesia memilki yang namanya ilmu gendam hanya yang berbeda nama dan tata cara pekasih minang. Ilmu pukulan ruh. Ilmu batin minang assalamu alaikum warahmatullah selamat datang di bloger sutan mudo 085834292576 whatshap diganti ke 082293548772. Untuk pengobatan penunduk dan. Bisa dikatakan ilmu pengasihan yang juga terkenal dengan ilmu pelet ini merupakan budaya mistik dan tradisi serta kultur yang banyak dipengaruhi oleh. Pelet ini dikenal sebagai ilmu penakluk tingkat tinggi. Hal ini disebabkan oleh paranormal yang mulai. Ilmu tua ini dahulu di gunakan pada awalnya oleh anak anak panglima untuk memikat wanita wanita anak raja yang tak mempan di pekasihi dengan ilmu pekasih lain sebagai pamungkas maka jihin si rajo hawa inilah yang di lepaskan untuk menembus dinding bathin sekaligus untuk membuat kasmaran siang dan malam wanita yang di tuju. Hipnotis tradisonal atau orang orang kerap meyebutnya dengan ilmu gendam adalah keahlian khusus yang tidak dapat kita pungkiri di miliki oleh orang orang tertentu baik pada masa dahulu dan lebih banyak di gunakan oleh para pebinsis kelas kakap pada masa sekarang ini. Di tanah minang pelet disebut juga pitunang sementara tanah bata menyebutnya dorma. Ilmu pengasihan pengertian ilmu pengasihan adalah ilmu yang berhubungan dengan hal gaib yang berfungsi untuk mempengaruhi alam bawah sadar atau perasaan seseorang agar tumbuh perasaan suka dan sayang atau cinta kepada orang lain. Ilmu tua ini dahulu di gunakan pada awalnya oleh anak anak panglima untuk memikat wanita wanita anak raja yang tak mempan di pekasihi dengan ilmu pekasih lain sebagai pamungkas maka jihin si rajo hawa inilah yang di lepaskan untuk menembus dinding bathin sekaligus untuk membuat kasmaran siang dan malam wanita yang di tuju. Ilmu si gantar alam. Di kalimantan timur disebut pitunduk. Masyarakat kalimantan barat mengenalnya dengan kundang. Di sumatera ia disebut pekasih. Dahulu saya sering juga babar keilmuan di kaskus ilmu minang masuk sini alhamdu lillah sekarang saya udah punya bloger. Saarana membentak seperti suara petir dan beribawa. Ilmu sergah maut. Sarana mendatangkan orang yang di tuju agar kasih sayang. Ilmu peredaran darah pengobatan penyakit kanker tumor ginjal dll. Karena itu aku babar satu kajian malaikat empat yg pernah aku pelajari dahulunya. Namun tentunya setiap daerah mengenal istilah ini dengan nama yang berbeda. Di tanah minang disebut pitunang sedangkan orang batak menyebutnya dorma. Masyarakat jawa menyebut ilmu ini sebagai ajian asihan tanah melayu menyebutnya ilmu pekasih di tanah minang disebut ilmu pitunang di tanah batak ilmu dorma dan di kalimantan disebut ilmu kundang atau pitunduk. Ilmu minang masuk sini zaman sekarang keilmuan asmak malaikat kaji malaikat sumpah malaikat ilmu malaikat paling banyak beredar. Di daerah jawa tengah ilmu pelet disebut pengasihan atau ilmu asihan sementara itu di sumatra atau di tanah melayu ilmu ini disebut dengan pekasih. Ilmu Pekasih Minang Ilmu Pelet Rokok Menguak Tabir Ilmu Pelet Merdeka Com Kampus Wahyu Manunggal Ilmu Gendam Dari Ranah Minang Share Ilmu Minang Masuk Sini Page 25 Kaskus Http Scholar Unand Ac Id 46858 5 Pdf 20skripsi 20full 20widia Pdf Alunan Magis Sirompak Ilmu Pelet Dari Minangkabau Kuno Pesugihan Gunung Kidul Share Ilmu Minang Masuk Sini Page 145 Kaskus Sastra Lis An Minangkabau Pdf Free Download Master Pelet Dukun Pelet Ilmu Pelet Yang Secara By Master Togel Medium Mantra Pengasihan Ampuh Asal Sumatra Barat Abhy Reinkarnasi Ilmu Pemanis Orang Minang Ilmu Pelet Dunia Gaib Http Repositori Kemdikbud Go Id 3519 1 Sastra 20lisan 20minangkabau Pdf Pelet Kirim Mimpi Basah Mantra Pelet Ampuh 100 Sekali Baca Langsung Ngejar Youtube Di 2020 Kekuatan Doa Humor Lucu Membaca Ilmu Pelet Cepat Benarkah Ilmu Pelet Itu Ada Ini Sejarahnya Pengobatan Tradisional Dalam Naskah Naskah Minangkabau Inventarisasi Naskah Teks Dan Analisis Etnomedisin Herry Nur Hidayat Academia Edu Ilmu Pelet Cinta Ditolak Dukun Bertindak Itu Nyata Halaman All Kompasiana Com Suntingan Teks Dan Analisis Struktur Teks Mantra Tulisan Abdul Muas Tantua Rajo Sutan Ilmu Limau Puruik Jeruk Purut Dari Minang Ilmu Pukau Dan Tenaga Dalam Panca Suci Part 15 Youtube
Masukke Indonesia pada 500 SM. "Minangkabau" berasal dari "menonkhabu" (tanah pangkal) dan "melaiur" (gunung). Bahasa Minangkabau dan bahasa Melayu memiliki kesamaan fonologi, struktur dan kategori fatis dan historis sehingga penutur bahasa Minangkabau mudah mengalihbahasakan suatu kata ke bahasa Melayu, dan sebaliknya.
- Orang Minang dikenal sebagai suku yang banyak memiliki orang-orang terpelajar. Mulai dari politisi, sastrawan, pembuat film, pemuka agama, ilmuwan, dan tokoh pendidikan, banyak yang berasal dari Minang. Sejak awal kemerdekaan Indonesia, orang terpelajar mereka sudah banyak, meski pun Universitas Andalas belum ada di zaman pertengahan abad lalu, bersama etnis lain di Indonesia, orang-orang Minang terpelajar ambil bagian dalam Proklamasi dan pendirian Republik Indonesia. Orang-orang tak akan lupa nama Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, Haji Agus Salim, Mohammad Yamin, dan Tan Malaka. Mereka adalah orang-orang yang menorehkan sejarah dalam perjalanan Indonesia. Atas jasanya, mereka mendapatkan gelar Pahlawan tidak semua orang hebat dari Minang ini menjadi Pahlawan Nasional. Ada Jahja Datuk Kajo, dari generasi yang lebih tua dari Hatta. Ia tak kalah hebat dari cendekia-cendekia Minang lainnya. Sekolahnya memang tidak setinggi Hatta, tetapi sebagai anggota Volksraad Dewan Rakyat Jahja ikut melawan Belanda. Jika anggota Volksraad lain, yang kebanyakan Belanda, memakai bahasa Belanda dalam sidang Volksraad, maka Jahja memakai bahasa Melayu. Begitu tertulis dalam Kelah Sang Demang, Jahja Datoek Kajo, Pidato Otokritik di Volksraad 1927 – 1939 2008.Masuk Pergerakan NasionalPada zaman kolonial Hindia Belanda, belum ada sekolah tinggi hadir di Minang. Universitas Andalas baru ada setelah Indonesia merdeka. Bagi mereka yang sudah lulus SD elit macam HIS atau ELS, bisa meneruskan ke sekolah menengah kolonial. Jika ingin jadi guru mereka bisa pergi ke Fort de Kock Bukittinggi, di mana Kweekschool sudah ada sejak 1856. Jika ingin berijazah SMP saja, di kota Padang terdapat MULO. Kebanyakan kaum terpelajar Padang, jika sudah menempuh sekolah-sekolah itu akan merantau dan belajar di sekolah yang lebih tinggi lagi di Pulau terpelajar yang lebih senior dari Hatta, belum banyak yang sekolah tinggi. Mereka kebanyakan menjadi pejabat di daerah Sumatera. Tak hanya Jahja Datuk Kajo, yang sebelum jadi anggota Volksraad, dia pernah jadi Demang atau Camat. Ada lagi Mohammad Rasad gelar Maharaja Sutan, yang menjadi jaksa di Medan. Mereka sama-sama berasal dari Koto Gadang orang berada, mereka bisa menyekolahkan anak-anak mereka hingga berijazah setara SMA. Jahja punya anak laki-laki bernama Daan Jahja, yang terakhir belajar di Sekolah Kedokteran zaman Jepang Ika Dai Gakku di Jakarta. Namun, ia tidak lulus karena Perang. Daan kemudian jadi perwira Tentara Nasional Indonesia TNI. Di usia yang masih sangat muda, Daan Jahja pernah menjadi Gubernur Militer di Rasad juga menyekolahkan anak laki-lakinya hingga SMA. Salah satunya Sutan Syahrir yang menjadi Perdana Menteri pertama Republik Indonesia. Pendidikan kurang dianggap penting bagi anak perempuannya. Salah seorang anak Mohammad Rasad yang tak disekolahkan. Namun, anak ini bisa membaca, dan belakangan bisa menulis. Anak ini belakangan menjadi tokoh perempuan Indonesia yang terlibat juga dalam pergerakan nasional, Rohana Koedoes. Dia saudara seayah Sutan Syahrir, tapi lain anak-ananya yang menjadi tokoh pergerakan seperti Syahrir dan Rohana, Rasad juga punya cucu yang dikenal sebagai sosialis gerakan bawah tanah anti Jepang, yakni Djohan Sjahruzah. Djohan juga berijazah SMA. Dia pernah sebentar kuliah di Recht Hoge School sekolah tinggi hukum Jakarta. Belakangan lebih memilih masuk pergerakan. Untuk menyambung hidup, Djohan pernah bekerja juga di perusahaan minyak Belanda, tapi tidak lama karena keterlibatan di serikat buruh. Djohan menikahi putri Haji Agus soal Haji Agus Salim, yang dikenal sebagai tokoh Sarekat Islam dan Menteri Luar Negeri di awal-awal kemerdekaan, tentu menarik. Dia lulusan terbaik HBS-KW III Jakarta, yang gedungnya menjadi bagian dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia PNRI. Agus Salim adalah anak Mohammad Salim, seorang jaksa. Pernah menjadi Jaksa Kepala di Riau. Dengan kedudukan ayahnya Salim bisa bersekolah di sekolah lulusan terbaik HBS, Salim sebenarnya bisa kuliah di Belanda jika mau menerima beasiswa yang dihibahkan Kartini. Namun, dia memilih bekerja. Setelah di perusahaan swasta, dia bekerja di Konsulat Belanda di Jeddah, Arab Saudi. Kembali ke Indonesia dia masuk Sarekat Islam. Meski dia lulusan sekolah Belanda, Salim justru tidak menyekolahkan anaknya ke sekolah-sekolah Belanda, melainkan belajar di rumah. Meski tak sekolah Belanda, anak-anaknya bisa berbahasa Belanda bahkan Inggris. Anaknya bahkan terlibat pergerakan nasional sejak muda. Dolly, yang masih 15 tahun, sudah memainkan piano membawakan Indonesia Raya ketika Kongres Pemuda II. Selain anak-anak Agus Salim, ada adiknya yang juga ikut pergerakan nasional. Abdul Chalid Salim, begitu nama sang adik, terlibat pemberontakan komunis 1926-1927 hingga harus dibuang ke Digoel. Sebelum dibuang, dia adalah seorang wartawan. Setelah bebas, adiknya menulis buku Lima Belas Tahun Minang yang bergabung dengan Sarekat Islam selain Salim tentu saja Abdul Muis. Dia anak seorang demang yang pernah sebentar belajar di sekolah kedokteran zaman Belanda STOVIA. Muis yang tak lulus sekolah dokter itu kemudian menjadi anggota Volksraad. Selain sebagai tokoh pergerakan, dia juga dikenal sebagai novelis. Orang Minang lain yang tak lulus dari STOVIA adalah Djamaludin Adinegoro, masih saudara seayah dari Mohammad Yamin tapi beda ibu. Dia juga jago menulis. Namanya diabadikan sebagai penghargaan bidang terpelajar lain tentu saja Ibrahim, putra HM Rasad, seorang pegawai pertanian. Ibrahim siswa cerdas di sekolahnya, Kweekschool Bukittinggi. Lulus dari kweekschool dia dihormati dan diberi gelar Datuk Tan Malaka. Padahal, usianya baru 16 tahun. Tan Malaka lalu diberi pinjaman uang untuk sekolah lagi di Belanda. Dari Belanda, Tan yang kembali ke Indonesia dan sempat mengajar di sekolah milik Senembah Maskapai, akhirnya bergabung dengan Partai Komunis Indonesia PKI. Meski dia PKI, Tan adalah sosok yang menekankan perlunya persekutuan dengan orang-orang Islam dalam melawan Belanda. Sebagai komunis, Tan bukan orang yang menurut pada Stalin. Hingga dia dimusuhi. Tan dikenal dengan karya intelektual merupakan anak-anak pegawai. Hatta adalah salah satu pengecualian. Ia berasal dari keluarga pedagang. Setelah lulus MULO, Hatta belajar di sekolah dagang di Jakarta, sebelum akhirnya belajar di sekolah tinggi dagang Rotterdam. Setelah bekerja di perusahaan pamannya, Mak Etek, Hatta masuk pergerakan nasional. Bersama Syahrir, Hatta juga ikut dibuang ke Boven Digoel, karena dianggap berbahaya bagi pemerintah Hatta dan Syahrir, banyak juga orang-orang Minang yang dibuang ke Digoel. Di antara mereka sudah bergelar haji dan memperdalam ilmu agama Islam. Mereka adalah Soeleiman gelar Haji Soeleiman; Sinoerdin Gelar Haji Noerdin; Iljas jacob; Djamaludin Taib; Mochtar Lutfie, dan tentu saja Chalid Juga SastrawanSebagai novelis, Abdul Muis pernah mengeluarkan Pertemuan Jodoh 1933, Surapati 1950, Robert Anak Surapati 1953 dan yang paling sohor tentunya Salah Asuhan 1928. Karya Salah Asuhan satu zaman dengan Siti Nurbaya yang ditulis oleh Marah Rusli. Jika Abdul Muis adalah politisi, maka Marah Rusli sehari-hari bekerja sebagai dokter hewan yang pernah ditugaskan juga ke Nusa Tenggara. Selain Siti Nurbaya, Marah Rusli juga menulis La Hami dan Memang Jodoh. Dalam periode yang sama dengan Siti Nurbaya, karya tulis Tulis Sutan Sati yang berjudul Sengsara Membawa Nikmat juga lahir,Buya Hamka yang dikenal tokoh Islam dan politisi di masa orde lama, juga menelurkan beberapa karya penting dalam sejarah sastra Indonesia seperti Di bawah Lindungan Ka'bah dan Tenggelamnya Kapal van der Wijk. Dua karya Hamka itu sudah pernah pergerakan lain yang juga ikut menulis adalah Roestam Effendi. Dia adik kelas jauh Tan Malaka di kweekschool Bukittinggi. Karya-karya Roestam antara lain drama Bebasari dan puisi-puisi yang dibukukan dalam Percikan Renungan. Dari sekian banyak tokoh pergerakan Indonesia, hanya Roestam yang pernah menjadi anggota parlemen Belanda. Dia menjadi wakil Partai Komunis Belanda. Bakat berpolitiknya menurun pada cucunya, Dede Yusuf Effendi yang pernah jadi Wakil Gubernur Jawa antara pemuda keturunan Minang, dari generasi di bawah Roestam tentu saja ada Idrus yang menulis Dari Ave Maria Jalan Lain Ke Roma, Rivai Avin dengan Tiga Menguak Takdir, Ali Akbar Navis dengan Robohnya Surau Kami. Selain menulis novel-novel, tentu jika bicara puisi orang-orang Indonesia haram hukumnya melupakan Chairil Anwar yang dianggap pendobrak dunia puisi Indonesia. Para penulis Minang bisa dibilang cukup mendominasi dunia sastra Indonesia. Mereka juga orang-orang yang tak kalah terpelajar dari Syahrir dan lapangan keagamaan, setidaknya, di akhir abad XIX, pernah ada seorang Minangkabau yang menjadi tuan guru ilmu agama di Mekkah, namanya adalah Syech Achmad Khatib. Orang-orang dari belahan dunia yang belajar ilmu agama di Mekkah pernah belajar darinya. Termasuk orang-orang Indonesia yang naik haji dan belajar di sana. Ayah Hamka sendiri adalah tuan guru di Sumatera Barat. Ayahnya termasuk tokoh terpandang yang ikut mendirikan tempat belajar agama Islam yang dianggap modern bernama Sumatra Thawalib. Tentu saja di generasi berikutnya orang-orang terpelajar itu bertambah jumlahnya. Dari semua tokoh di atas, hampir semuanya menjadi besar namanya setelah merantau untuk belajar dan berkarya. Mereka lahir di Minang, tapi tidak besar di Tanah Minang. - Sosial Budaya Reporter Petrik MatanasiPenulis Petrik MatanasiEditor Nurul Qomariyah Pramisti
Maka setiap metode hissiy atau ma'nawiy yang ditempuh oleh ahli ilmu untuk membantu menguasai ilmu atau mendapatkannya maka hal itu masuk kedalam hadits ini" Berangkat dari sini, kaum muslimin dinegeri minang ini secara khusus dan bisa menjadi sarana untuk penyebaran dakwah sunnah dinegeri ranah minang ini dan umumnya untuk
Bismillaahirrahmanirrahiim Assalamu’alaikum wa rahmatullah wa Barakatuhu Alhamdulillah Wash Shalatu was salamu Ala Rasulillah. Amma ba’du Para pembaca, Kaum Muslimin yang semoga dirahmati oleh Allah Ta’ala.. Diantara kenikmatan yang diberikan oleh Allah Ta’ala kepada manusia dizaman ini yang selayaknya kita syukuri adalah lahirnya berbagai macam sarana-sarana informasi dan komunikasi sebagai wasilah yang bisa digunakan untuk mempelajari ilmu dan menyebarkannya serta untuk mendakwahkan agama Allah Ta’ala. Adapun perkara yang terkait dengan hukum menuntut ilmu agama,maka telah kita ketahui bersama tentang wajibnya menuntut ilmu agama atas setiap muslim sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam طلب العلم فريضة على كل مسلم “Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim”. _________________________ Shahihul Jami’ 3913 Beliau juga bersabda menyebutkan tentang keutamaan menuntut ilmu syar’i من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له طريقا إلى الجنة “Barang siapa yang menempuh satu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan mempermudah jalannya menuju surga”. 2822 Berdasarkan hadits diatas, metode dalam mendapatkan ilmu sebagaimana dijelaskan oleh para ulama ada dua 2 METODE HISSIY Yakni mendatangi langsung tempat-tempat adanya ilmu tersebut dengan berjalan ataupun berkendaraan Berkata Syekh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah ﺳﻠﻮﻙ ﺍﻟﻄﺮﻳﻖ ﻳﺸﻤﻞ ﺍﻟﻄﺮﻳﻖ ﺍﻟﺤﺴﻲ ﺍﻟﺬﻱ ﺗﻘﺮﻋﻪ ﺍﻷﻗﺪﺍﻡ ﻣﺜﻞ ﺃﻥ ﻳﺄﺗﻲ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﻣﻦ ﺑﻴﺘﻪ ﺇﻟﻰ ﻣﻜﺎﻥ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺳﻮﺍﺀ ﻛﺎﻥ ﻣﻜﺎﻥ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻣﺴﺠﺪﺍ ﺃﻭ ﻣﺪﺭﺳﺔ ﺃﻭ ﻛﻠﻴﺔ ﺃﻭ ﻏﻴﺮ ﺫﻟﻚ ﻭﻣﻦ ﺫﻟﻚ ﺃﻳﻀﺎ ﺍﻟﺮﺣﻠﺔ ﻓﻲ ﻃﻠﺐ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺃﻥ ﻳﺮﺗﺤﻞ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﻣﻦ ﺑﻠﺪﻩ ﺇﻟﻰ ﺑﻠﺪ ﺁﺧﺮ ﻳﻠﺘﻤﺲ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻓﻬﺬﺍ ﺳﻠﻚ ﻃﺮﻳﻘﺎ ﻳﻠﺘﻤﺲ ﻓﻴﻪ ﻋﻠﻤﺎ “Menempuh jalan disini mencakup jalan yang bersifat indrawi yang diinjak oleh telapak kaki, seperti seseorang yang keluar rumahnya mendatangi tempat diajarkannya ilmu baik tempat itu berupa masjid, atau sekolah atau kampus atau selain itu, dan juga termasuk dalam bentuk ini mengadakan perjalanan jauh dalam menuntut ilmu dimana seseorang meninggalkan negerinya ke negeri lain untuk mencari ilmu. Maka berarti orang ini telah menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu.” ———————— Syarh Riyadhis Shalihin 5/434 Contoh dalam perkara ini adalah kisah yang masyhur perjalanan shahabat yang mulia Jabir bin Abdillah Radhiyallahu anhu yang melakukan perjalanan ke negeri Syam meninggalkan kota Madinah dengan mengendarai unta yang lama perjalanannya satu bulan hanya untuk mencari satu hadits saja yang diterima oleh seorang shahabat bernama Abdullah bin Unais Al Anshari radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. 2. METODE MA’NAWI Yakni mengambil ilmu tanpa mendatangi tempat-tempat diajarkannya ilmu, namun dengan menggunakan wasilah-wasilah yang ada. Berkata Syekh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah ﺍﻟﻄﺮﻳﻖ ﺍﻟﻤﻌﻨﻮﻱ ﻭﻫﻮ ﺃﻥ ﻳﻠﺘﻤﺲ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻣﻦ ﺃﻓﻮﺍﻩ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﻭﻣﻦ ﺑﻄﻮﻥ ﺍﻟﻜﺘﺐ ﻓﺎﻟﺬﻱ ﻳﺮﺍﺟﻊ ﺍﻟﻜﺘﺐ ﻟﻠﻌﺜﻮﺭ ﻋﻠﻰ ﺣﻜﻢ ﻣﺴﺄﻟﺔ ﺷﺮﻋﻴﺔ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﺟﺎﻟﺴﺎ ﻋﻠﻰ ﻛﺮﺳﻴﻪ ﻓﺈﻧﻪ ﻗﺪ ﺳﻠﻚ ﻃﺮﻳﻘﺎ ﻳﻠﺘﻤﺲ ﻓﻴﻪ ﻋﻠﻤﺎ “Metode ma’nawiy yakni mencari ilmu itu dari mulutnya para ulama yakni dari rekaman suara mereka dan dari isi kitab-kitab ulama. Karena itu orang yang mengkaji kitab untuk mendapatkan hukum atas sebuah masalah syar’I –meskipun ia hanya duduk saja diatas kursinya– maka sesungguhnya ia telah menempuh sebuah jalan untuk mencari ilmu” __________________________________ Syarh Riyadhis Shalihin 5/434 Syekh Abdurrahman bin Nashir As- Sa’di rahimahullah juga berkata ketika menjelaskan hadits diatas ﻓﻜﻞ ﻃﺮﻳﻖ ﺣﺴﻲ ﺃﻭ ﻣﻌﻨﻮﻱ ﻳﺴﻠﻜﻪ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻳﻌﻴﻦ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺃﻭ ﻳﺤﺼﻠﻪ ﻓﺈﻧﻪ ﺩﺍﺧﻞ ﻓﻲ هذا الحديث “Maka setiap metode hissiy atau ma’nawiy yang ditempuh oleh ahli ilmu untuk membantu menguasai ilmu atau mendapatkannya maka hal itu masuk kedalam hadits ini” ______________________ Aadabil Mu’allimi wal Muta’allim Juga dijelaskan hal ini oleh Syekh Muhammad Sholeh Al-Munajjid hafizhahullah dalam website beliau ﻗﻮﻟﻪ ﷺ“ ﻣﻦ ﺳﻠﻚ ﻃﺮﻳﻘًﺎ “ ﺃﻱ ﻃﺮﻳﻘﺔ ﺗﻮﺻﻞ ﻟﻠﻌﻠﻢ “ ﺳﻬﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻪ ﻃﺮﻳﻘًﺎ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺠﻨﺔ “ ﺃﻱ ﻃﺮﻳﻘﺔ، ﺳﺆﺍﻝ ﺑﺎﻟﻬﺎﺗﻒ، ﺳﻤﺎﻉ ﺷﺮﻳﻂ، ﻗﺮﺍﺀﺓ ﻛﺘﺎﺏ، ﺗﻔﻜﻴﺮ ﻓﻲ ﻣﺴﺄﻟﺔ، ﻣﺪﺍﺭﺳﺔ ﻣﻊ ﻃﻠﺒﺔ ﺍﻟﻌﻠﻢ، ﺑﺤﺚ ﻭﺗﻨﻘﻴﺐ ﻓﻲ ﺍﻟﻜﺘﺐ، ﺃﻱ ﻃﺮﻳﻘﺔ ﺗﺤﺼﻞ ﺑﻬﺎ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻳﺴﻬﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻚ ﺑﻬﺎ ﻃﺮﻳﻘﺎً ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺠﻨﺔ “Sabda beliau shallallahu alaihi wa sallam “ Siapa yang menempuh suatu jalan” yakni metode apa saja yang bisa menyampaikan kepada ilmu, “ Allah mudahkan untuknya jalan menuju syurga” yakni metode apa saja, bertanya melalui telepon, mendengarkan kaset, membaca kitab, mengkaji sebuah masalah, saling belajar dan mengajarkan sesama penuntut ilmu, membahas dan menggali ilmu yang ada dalam kitab-kitab, metode apa saja yang diperoleh dengannya ilmu, maka Allah akan mudahkan untukmu jalan menuju syurga” Para Pembaca, Kaum Muslimin yang dirahmati oleh Allah Ta’ala .. Dari pemaparan para ulama diatas tidak diragukan lagi, bahwa memanfaatkan dengan sebaik-baiknya berbagai sarana media online yang ada hari ini merupakan perkara yang penting untuk digarap oleh juru dakwah sebagai wasilah untuk mempelajari ilmu dan menyebarkannya serta untuk mendakwahkan agama Allah . Yang perlu juga untuk diingat….! Bahwa musuh-musuh agama Allah hari ini juga telah ambil bagian untuk mengaburkan kebenaran, menyebarkan syubhat dan kebathilan melalui media-media online saat ini, dan tentu saja kaum muslimin dalam hal ini butuh dan mesti untuk mempersiapkan kemampuan apa saja yang mereka miliki guna mengimbangi dan menangkis serangan-serangan pemikiran menyimpang, penyebaran syubhat dan kemunkaran tersebut untuk membentengi umat dari bahaya yang mereka tebarkan. Perkembangan sarana informasi dan komunikasi hari ini merupakan sesuatu yang tidak bisa dicegah. Ia akan membawa kerusakan jika dikuasai oleh orang-orang yang rusak, namun sebaliknya ia akan membawa manfaat jika dikuasai oleh orang-orang yang benar. Karena itu memperbanyak penyebaran ilmu dan dakwah melalui media online ini merupakan salah satu cara untuk mengurangi dampak buruknya dan mengimbangi penyebaran kemunkaran dan kebathilan yang ada didalamya dan mempermudah jalan bagi orang yang menginginkan kebenaran untuk mengetahui dimana kebenaran itu berada. Berangkat dari sini, maka kamipun ber’azzam untuk melahirkan sebuah website yang berisi pengetahuan tentang Islam dengan pemahaman yang shahih, yakni Islam sebagaimana yang dipahami oleh Salaful Ummah, dengan harapan semoga usaha kecil ini bermanfaat bagi kaum muslimin dinegeri minang ini secara khusus dan bisa menjadi sarana untuk penyebaran dakwah sunnah dinegeri ranah minang ini dan umumnya untuk seluruh kaum muslimin di Indonesia. Tentu saja usaha ini masih jauh dari kesempurnaan, dan masih butuh perbaikan dari berbagai sisi termasuk kontennya dan tentu saja akan selalu ada usaha untuk perbaikan agar lebih baik lagi dan merupakan keharusan bagi kami untuk berusaha menyajikan konten yang ilmiah, berbobot dan bermanfaat bagi kaum muslimin . Sebagai penutup , kami berharap agar usaha yang kecil ini bisa menjadi pemberat timbangan amal kebaikan disisi Allah dihari kiamat nanti. Wa shallaahu ala nabiyyina Muhammad wa ala alihi wa Ash-habihi wa sallam Wal hamdulillahi rabbil alamiin
- ኜхрጷнеφаդи ւуфեнэዜ ጤωγኙщω
- Иգևдрοке усጢтрафըч
- Абр ሣаборефθ вօфሓсвዘвр ኽиνዝծидጤз
- Իኜυπ ю ωμጻտ
- Մ клисиլе иպօ
- Омэչиш нуσυναрեна ևξኙфи сутруфխфሻκ
- Ըծօзу щуዴуቃе աнጫ աникеճ
- Ущусруле ехև
- Креւ и ωጸοзα
- Զаሜሢ օኯ
- ኮ փጮφαл
- ዝպиζ ጦկодесто хበሄоτէռ
- Ըхоչω о
- А γоктемокро
- Δիνω ዠар аλ እցеժ
OrangMinang Mengusasi Manajemen Modern. Sejak dulu orang Minang dimana-mana terkenal ulet dalam mengadu nasib , terkenal berjiwa dagang ( bisnis kata orang kini), sesuai prinsip ekonomi dan manajemen modern. Secuil keuletan dan kepiawaian itu terkait erat di antaranya dengan penghayatan falsafah dibalik kato-kato pusako Minang berikut ini :
Kumpulan Cerita Misteri Ilmu Palasik di Minangkabau Palasik Kuduang Bagi orang Minang, kepercayaan pada Hantu Palasiak atau Palasik sama dengan kepercayaan Leak bagi masyarakat Bali, atau Kuyang bagi orang Kalimantan. Hantu Palasiak ini memang sudah lama tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat Minang, terutama yang tinggal di pelosok Desa Sumatera Barat. Cerita tentang Hantu Palasiak ini sering pula dituturkan oleh salah seorang saudara ayah yang memang berasal dari Ranah Minang. Menurut saudara ayah itu, ilmu hitam Palasik merupakan warisan turun temurun masyarakat Minah yang ada sejak zaman dahulu kala. Konon, mereka yang menganut ilmu ini biasanya akan membentuk komunitas tersendiri dalam masyarakat. Mereka dulu sangat dikucilkan oleh warga di sekitarnya. Konon, di zaman dahulu kala mereka hanya bisa menikah dengan sesama keturunan Palasiak. Tapi, di zaman sekarang ini, masyarakat sudah bisa menerima keberadaan mereka. Disamping itu, keberadaan mereka juga sulit untuk dikenali. Meskipun seseorang mewarisi darah keturunan Palasik dari leluhur, namun bukan berarti secara otomatis mereka akan menjadi Hantu Palasiak. Ada ritual yang harus dilaksanakan untuk bisa menguasai ilmu hitam yang satu ini, sehingga tidak setiap turunan Palasik menjadi Palasik seperti leluhurnya. Mengapa orang Minang punya ilmu Palasik? Dari mana asal muasal ilmu ini sebenarnya. Siapa pula orang pertama yang mengajarkannya, dan di daerah mana tempat asal ilmu yang masih sangat misterius ini? Tentu saja tak mudah untuk menjawab deretan pertanyaan tersebut. Kita berharap, semoga ada saudara kita yang berasal dari Ranah Minang bisa menjelaskanya pada pembaca setia majalah kasayangan ini. Meski misteri masih menyelimutinya, yang jelas Hantu Palasiak dapat diyakini benar ada dalam kenyataan. Hal ini setidaknya seperti yang dialami sendiri oleh saudara sepupu Misteri. Sebut saja Dasri, namanya. Kisahnya terjadi 20 tahun yang lalu. Saat itu, Dasri baru duduk di kelas IV SD, usianya 10 tahun. Ketika itu musim libur panjang sekolah bertepatan dengan bulan Ramadhan. Ayah Dasri yang berasal dari Dusun Taratai, Desa Sungai Tarab, Batusangkar, berniat mengajak seluruh keluarganya pulang ke kampung halamannya yang jauh terpencil itu. Rencana ayah Dasri ini tentu saja disambut gembira, terutama oleh dasri. Apalagi, sudah lima tahun ini Dasri tidak bertemu dengan kakek dan nenek, serta saudara-suadara sepupunya yang tinggal di sana. Pada hari Minggu siang mereka berangkat dengan bus jurusan Medan-Bukittinggi. Sekitar pukul 8 pagi, bus yang ditumpangi Dasri bersama kedua orangtuanya, meninggalkan kantor pusatnya di Jl. Amaliun, Medan. Setelah melewati batas wilayah kota Medan, bus tancap gas. Semua bangku sudah terisi penuh, termasuk bangku tempel yang tersedia untuk penumpang yang menyetop di jalan. Setelah menempuh perjalanan selama 15 jam, bus tiba di terminal Aur Kuning, Bukittinggi, menjelang pukul 10 pagi berikutnya. Perjalanan menuju Batusangkar dilanjutkan dengan menumpang angkutan antar kota dalam propinsi. Angkutan desa hanya sampai di ibu kota kecamatan saja. Menuju Desa Sungai Tarap, harus ditempuh dengan berjalan kaki sejauh 5 km. Ada beberapa warga satu kampung dengan ayah Dasri berjalan bersama menuju desa kelahiran mereka. Mereka terlihat bercerita akrab sekali. Memasuki desa Sungai Tarap, udara dingin pegunungan menyambut kedatangan Dasri. Sawah-sawah terbentang luas di lereng-lereng bukit. Rumah gadang berdiri megah di sepanjang jalan yang dilalui. Tiba di rumah Anggut, sebutan kakek bagi orang Minang, saudara dan sanak kadang sudah berkumpul menyambut kedatangan Dasri bersama kedua orangtuanya. Dalam tempo sekejap saja, rumah Anggut yang luas berbentuk rumah gadang penuh oleh sanak saudara dan kerabat ayah Dasri. Berita kedatangan ayah Dasri menyebar dari mulut ke mulut ke pelosok kampung. Apalagi pada malam harinya. Teman-teman ayah Dasri semasa kecil berdatangan menemuinya untuk melepas rindu dan mengenang kembali masa-masa indah dahulu. Mereka berbincang-bincang hingga larut malam. Dua hari di kampung, akhirnya tiba juga hari pekan di desa itu. Dasri diajak ayahnya melihat suasana pekan. Waktu itu turut pula bersama mereka dua orang saudara sepupu Dasri, yakni Budin dan Durin. Usia kedua anak ini sebaya dengan Dasri. Tinggi dan besar, badan juga sama. Yang membedakan warna kulit tubuh mereka. Mungkin karena tinggal di kota, kulit wajah dan tubuh Dasri terlihat putih bersih. Berbeda dengan Budin dan Durin. Kulit kedua anak ini hitam pekat karena setiap hari terjemur di atas teriknya sinar matahari. Jika tidak berada di sawah membantu orangtua merumput, pagi-pagi sekali mereka pergi mengembalakan kerbau. Dalam perjalanan ke lokasi pecan itu, ayah Dasri selalu menyapa dengan ramah setiap warga desa yang ditemui atau berpapasan di tengah jalan. Mereka menyalami ayah Dasri dengan ramah pula, seraya bertanya tentang kabar dan kapan datangnya. Sementara itu, Dasri dan dua orang saudara sepupunya saling bercerita dan bercanda dalam perjalanan itu. Meski baru dua hari bertemu, namun mereka sudah kelihatan sangat akrab. Sampai akhirnya di sebuah tikungan jalan desa, mereka melewati sebuah rumah gadang yang lumayan megah. Pemilik rumah itu memanggil ayah Dasri. “Singgahlah dulu kemari. Pasar masih sepi!” Kata si pemilik rumah, seorang kakek berusia lanjut, menawari ayah Dasri singgah di rumahnya. Karena menghormati tawaran itu, Ayah Dasri memutuskan singgah ke rumah gadang milik si kakek. Dia juga mengajak Dasri dan dua saudara sepupunya untuk singgah barang sebentar di rumah itu. Tapi, kedua saudara sepupu Dasri berkeras melarang. Budin menggelengkan wajahnya agar Dasri jangan mengikuti ayahnya. Tapi Dasri tetap mengikuti ayahnya berjalan memasuki pekarangan rumah gadang milik si kakek yang sepertinya amat ramah dan baik hati itu. Dasri dituntun ayahnya melewati jembatan terbuat dari batang bambu. Sementara. dua saudara sepupu Dasri hanya berdiri termangu di pinggir jalan. Berulangkali mereka menggelengkan wajahnya, yang memberi isyarat agar Dasri jangan ikut singgah di rumah gadang itu. Hingga wajah keduanya berubah menjadi pucat, Darsi tetap tak peduli. Kenapa Budin dan Durin melarang Dasri singgah di rumah itu? Mereka tahu persis pemilik rumah itu adalah suami isteri penganut Palasik. Rumah itu memang terlihat sangat sunyi, seperti tidak ada penghuni lain kecuali seorang kakek dan nenek yang sudah sangat renta. Diketahui, pemilik rumah itu bernama Anggut Adam. Usianya sudah mencapai 78 tahun. Sedangkan isterinya, Niek Syamsidah, usianya sekitar 70 tahun. Rambut kedua pasangan itu sudah memutih, dan kulit tubuhnya hitam keriput. Meski begitu gigi mereka masih utuh, walau nampak hitam berkarat. Dasri dan ayahnya duduk di ruang tamu, membelakangi kamar tidur si pemilik rumah. Sesaat kemudian, Niek Syamsidah menghidangkan kopi dan ketan hitam. Nenek renta inipun duduk di sisi suaminya. “Berapa anakmu sekarang?” Tanya Niek Syamsidah. “Baru satu, Niek!” Jawab ayah Dasri. “Bawalah isterimu kemari!” Anggut Adam memberi tawaran. “Nantilah di lain waktu,” jawab Ayah Dasri. Perbincangan pun berjalan dengan akrab. Sampai setelah hampir setengah jam di rumah Anggut Adam, Dasri mengajak ayahnya pergi ke pekan. Mereka pun segera berpamitan. Anggut Adam dan isterinya mencoba menahan ayah Dasri agar lebih lama lagi berada di rumahnya. Tapi Dasri terus merengek meminta ayahnya agar meninggalkan rumah Anggut Adam. Dia tak sabar ingin melihat suasana hari pekan di desa. Anggut Adam dan isterinya melepas kepergian tamunya hingga ke pekarangan rumah. “Siapa nama anakmu?” Tanya Niek Syamsiah. “Dasri!” Jawab ayah Dasri. “Kapan-kapan main-main kemari lagi. Anggap ini rumah anggutmu sendiri,” kata Anggut Adam ramah, melepas kepergian Dasri bersama ayahnya. Saat keluar dari rumah gadang milik Anggut Adam, warga desa terlihat berjalan berbondong-bondong lewat di depan rumah Anggut Adam membawa seluruh anggota keluarganya. Memang, di hari pekan itu tidak seorang pun warga desa pergi ke sawah. “Rumah anggut Adam terlihat seram ya. Tidak terurus!” Cerus Dasri dalam perjalanan. “Maklum, mereka kan tinggal berdua di rumah itu. Pergi pagi ke sawah dan pulangnya menjelang senja. Jadi mereka tidak punya waktu untuk mengurus rumah,” jawab ayah Dasri. Setelah mendapat jawaban itu, Dasri tidak lagi bertanya pada ayahnya. Apalagi setibanya di lokasi pecan suasana memang sangat ramai. Para pedagang dari kota menjajakan bermacam-macam keperluan warga desa. “Ayah, Dasri mau bermain bersama Budin dan Durin ya!” Mohon Dasri sesaat setelah melihat Budin dan Durin berkumpul bersama dengan teman-temannya. “Pergilah!” Jawab ayah Dasri memberi izin. Dasri pun segera bergabung dengan Budin dan Durin beserta teman-teman sebayanya. Waktu itulah Dasri sempat bertanya begini, “Mengapa kalian berdua tidak mau diajak singgah di rumah Anggut Adam?” “Anggut bersama isterinya itu Palasiak Kuduang,” jawab Budin. “Apa benar Palasiak itu ada?” Tanya Dasri lagi. “Rumah yang kau datangi tadi rumah Palasiak!” Jawab Durin. Sebelumnya, Dasri memang pernah mendengar cerita Hantu Palasiak dari orang-orang Minang yang tinggal di sekitar rumah orang tuanya di Medan. Menurut cerita mereka, Hantu Palasiak itu dapat melepaskan leher dari tubuhnya. Ada beberapa jenis Palasiak. Satu di antaranya adalah Palasiak Kuduang. Disebut Palasiak Kuduang, karena si pemilik ilmu hitam ini dapat memotong kepalanya kemudian memasangnya kembali. Kuduang dalam bahasa Minang artinya potong atau penggal. “Apa itu Palasiak selama ini aku belum pernah mendengarnya?” Tanya Dasri, pura-pura tida tahu. “Apa ayahmu tidak pernah bercerita?” Tanya Budin. Dasri hanya mengggelengkan kepalanya. “Palasiak adalah hantu penghisap darah anak-anak seusiamu. Dia mendatangi mangsanya tengah malam. Anak-anak yang darahnya dihisap Palasiak, wajahnya menjadi pucat dan sering sakit-sakitan,” kata Budin menerangkan. “Mana ada manusia hidup jadi hantu seperti Palasiak itu?” Protes Dasri. “Ada, contohnya Palasiak. Dia menghisap darah, terutama anak-anak yang datang dari kota,” ujar Durin menakuti Dasri. “Mengapa darah anak-anak dari kota yang dihisap Palasiak?” Tanya Dasri, penasaran. “Anak-anak dari kota darahnya manis. Sedangkan anak desa di sini darahnya pahit,” jawab Budin bercanda sembari tertawa. Kedatangan Dasri bersama ayahnya ke rumah Anggut Adam, diceritakan pula oleh Budin dan Durin kepada kedua orangtua mereka. Etek Yusminah, adik ayah Dasri terperanjat mendengar cerita dari Budin. Saat itu juga, dia segera menemui ayah Dasri. “Mengapa Uda bawa Dasri ke rumah Pak Tuo Adam?” Tanyanya. “Beliaukan masih kerabat kita!” Jawab ayah Dasri. “Ya, tapi beliau suami isteri Palasik!” Sahut Etek Yusminah. Kelihatannya dia merasa sangat cemas. “Ah, memangnya masih ada apa ilmu hitam semacam itu di zaman seperti sekarang ini?” Sanggah ayah Dasri. “Mungkin saja, Uda! Sebagaiknya segara bawa Dasri ke rumah Datuk Maruhun, untuk minta jimat penangkal padanya,” saran Etek Yusminah. Tapi saran itu tidak dihiraukan ayah Dasri. Datuk Maruhun adalah satu-satunya orang yang dapat memberikan jimat agar seorang anak tidak dihisap darahnya oleh Palasiak. Namun, ayah Dasri menyangsikan kekhawatiran Etek Yusminah. Dua hari berselang, pada malam sabtu, hujan deras turun sejak sore hari hingga malam harinya. Hingga tengah malam hujan tidak juga reda. Di luar rumah, angin bertiup kencang membut malam sangat dingin dan mencekam. Ayah Dasri malam itu tidak ada di rumah. Setelah mengerjakan shalat Jum’at, dia tidak pulang. Dia hanya berpesan pada Anggut Musa, bahwa malam ini dia akan menginap di rumah Pak Sabirin, teman sebangku ayah waktu sekolah di Makhtab Thawalib, Padangpanjang. Hingga tengah malam, hujan tinggal gerimis. Di luar angin masih juga bertiup kencang. Meskipun sudah memakai selimut tebal, tapi udara dingin masih dapat menembus pori-pori kulit. Tiba-tiba berhembus angin sangat kencang menerpa pintu kamar tidur yang tidak terkunci. Tiupan angina itu mengempaskan pintu kamar. Suaranya sangat keras sehingga Dasri terjaga dari tidur. Dari balik gorden pintu yang terbuka diterbangkan angin, Dasri melihat seraut wajah nenek tua dan kakek tua muncul. Celakanya, hanya leher dan kepalanya saja yang melayang-layang memasuki kamar. Wajah mereka terlihat samar-samar mirip Anggut Adam dan isterinya, Niek Syamsiah. “Apakah mereka ini palasiak?” Hati Dasri diliputi tanda tanya. Tubuhnya gemetaran karena takut. Kedua potongan kakek dan nenek itu terbang di atas tubuh Dasri, dan melayang-layang dengan sangat menakutkan. Dasri tidak dapat berkata apa-apa. Lidahnya seolah-olah terkunci, sehingga tidak dapat berteriak membangunkan anggutnya yang tidur pulas di sisinya. Demikian pula dengan tubuhnya. Kaku dan gemetar, seperti terikat tali sehingga tidak dapat digerakkan. Hanya kedua bola matanya mengikuti kemana kedua potongan kepala itu bergerak. Setelah berputar-putar, akhirnya kedua potongan kepala itu berhenti di ujung jempol kaki Dasri. Dengan rakus keduanya menghisap darah Dasri melalui jempol kakinya. Dasri pun meringis kesakitan. Untunglah dia tidak jatuh pingsan. Setelah puas, kedua potongan kepala itu pergi meninggalkan mangsanya, melayang-layang keluar dari dalam kamar. “Anggut, ada hantu!” Teriak Dasri. Mendadak anggutnya terjaga dari tidur pulasnya. “Ada apa?” Tanyanya. Dasri lalu menceritakan peristiwa yang barusan menimpanya. Sang Anggut harus percaya sepenuhnya, sebab di atas lantai tampak berceceran darah segar hingga ke ruang tamu. “Mereka itu Palasiak!” Gumam sang anggut dengan wajah tuanya yang menegang. Pada pagi harinya, ayah Dasri bersama anggutnya membawa Dasri ke rumah Datuk Maruhun. Pada Datuk Maruhun, Dasri menceritakan kejadian yang menimpanya tadi malam. “Anakmu di hisap Palasiak,” jelas Datuk Maruhun. “Siapa yang tega menghisap darah anakku, Datuk?” Tanya ayah Dasri. Datuk Maruhun tidak dapat menjawabnya. Beliau hanya menggelengkan kepalanya. “Bawa segera pergi anakmu dari kampung kita. Banyak Palasiak yang ingin menghisap darahnya,” saran Datuk Maruhun. Oleh Datuk Maruhun, Dasri diberi jimat yang diikatkan di pergelangan kakinya. Memang, setelah dihisap darahnya oleh palasiak, wajah Dasri pucat, dan tubunnya lemah seperti kekurangan darah. Siang itu juga, berasma ayah dan ibunya Dasri kembali pulang ke Medan. Rencana untuk berlebaran di kampung pun batal…. Lima belas tahun kemudian, Dasri baru berani datang ke kampung halaman ayahnya. Kenangan menakutkan itu memang selalu membuatnya bernyali ciut bila ingin berkunjung ke kampong tersebut. Postingan ini berdasarkan kisah nyata, adapun nama-nama pelaku dalam kisah ini sengaja disamarkan untuk menghormati privacy yang bersangkutan.
FakultasDakwah dan Ilmu Komunikasi. Jika kamu memiliki cita-cita menjadi seorang pendakwah maka hal ini juga berkaitan dengan seni komunikasi. Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang menyediakan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk dipilih. Di sini kamu akan belajar bagaimana cara menyampaikan pesan sesuai dengan ajaran Islam.
Perkenalan pertama Minangkabau dengan Islam, sebagai yang masih diasumsikan, adalah melalui dua jalur yaitu pertama, pesisir timur Minangkabau atau Minangkabau Timur antara abad ke-7 dan 8 Masehi, kedua, melalui pesisir barat Minangkabau pada abad ke 16 Masehi Teori jalur timur didasarkan oleh intensifnya jalur perdagangan melalui sungai-sungai yang mengalir dari gugusan bukit barisan ke selat Malaka yang dapat dilayari oleh pedagang untuk memperoleh komoditi lada dan emas. Bahkan diperkirakan sudah ada pedagang-pedagang Arab muslim yang mencapai wilayah pedalaman ini sejak abad ke 7/8 Masehi lihat Mansoer,dkk., 1970 44-45. Kegiatan perdagangan ini, diperkirakan, adalah awal terjadinya kontak antara budaya Minangkabau dengan Islam. Kontak budaya ini kemudian lebih intensif pada abad ke 13 pada saat mana munculnya kerajaan Islam Samudra Pasai sebagai kekuatan baru dalam wilayah perdagangan selat Malaka. Pada waktu ini,Samudra Pasai bahkan telah menguasai sebagian wilayah penghasil lada dan emas di Minangkabau Timur. Sedangkan asumsi masuknya Islam melalui pesisir barat didasari oleh intensifnya kegiatan perdagangan pantai barat Sumatera pada abad ke 16 M sebagai akibat dari kejatuhan Malaka ke tangan Portugis. Pada waktu ini, pengaruh kekuasan Aceh Darussalam pelanjut kekuasan Pasai sangat besar, terutama pada wilayah pesisir barat Sumatera. Intensifnya pengembangan Islam pada waktu inilah yang -oleh beberapa penelitian,-dijadikan sebagai dasar analisis bagi awal masuknya Islam di Minangkabau dan menghubungkan dengan nama Syekh Burhanuddin Ulakan yang –oleh beberapa penulis- dianggap sebagai tokoh “pembawa†Islam pertama ke wilayah ini. Syekh Burhanuddin adalah murid Syekh Abdur Rauf Singkil, ulama tarikat Syatariyah Aceh. Syekh Burhanuddin dikenal sebagai pembawa aliran tarikat Syatariyah ke Minangkabau untuk pertama kalinya. Tarikat ini kemudian berkembang di Minangkabau dengan persebaran surau-surau Syatariyah yang didirikan oleh murid-murid Burhanuddin sendiri. Jalur pengembangan tarikat Syatariah yang berawal dari pesisir barat ini -oleh beberapa penulis- sering dijadikan titik tolak kajian tentang Islam di Minangkabau, termasuk pengembangannya ke wilayah pedalaman. Perkembangan agama Islam di Minangkabau abad ke 17 -19 sangat diwarnai oleh aktifitas beberapa ordo Sufi. Diantaranya yang dominan adalah Syatariyah dan Naqsyabandiyah. Tarikat Syathariyah, sebagai yang disebutkan terdahulu, telah menyebar melalui surau-surau yang didirikan oleh murid-murid Syekh Burhanuddin. Di samping Ulakan sendiri, sentra-sentra tarikat inipun kemudian berkembang di pesisir barat Sumatera Barat dan di beberapa wilayah pedalaman Minangkabau. Perkembangan tarikat Syatariyah di wilayah pedalaman ini, menarik untuk dicermati, karena peran yang dimainkannya dalam melahirkan gagasan-gagasan yang melampaui batas-batas implementasi ajaran sufistik itu sendiri ; suatu perkembangan yang sangat berbeda dengan daerah pesisir barat, dari mana tarikat ini pada awalnya dikembangkan. Para tokoh sufi pedalaman lebih banyak melibatkan diri dengan kehidupan ekonomi masyarakatnya. Keterlibatan mereka inilah yang telah memberi warna tersendiri bagi perkembangan Islam di Minangkabau, bahkan dari sinilah juga, kemudian dalam perkembangannya, telah melahirkan ide-ide pemurnian dan pembaharuan. Perkembangan aliran sufistik di pedalaman sebagai yang disebutkan, memunculkan asumsi bahwa perkembangan Syatariyah di wilayah pedalaman Minangkabau ternyata melahirkan sintesis-sintesis Islam yang baru sebagai akibat pertemuannya dengan tradisi keislaman yang telah menjadi basis kultural masyarakat di daerah ini, atau mungkin oleh pertemuannya dengan tarikat Naqsyabandiyah, karena tarikat ini juga memperoleh pijakan yang kuat di beberapa daerah pedalaman Minangkabau, bahkan mungkin lebih awal di banding Syathariyah sendiri sebagaimana asumsi yang dikemukakan oleh beberapa penulis lihat Dobbin, 1992 146 ; Azra, 1995 291. Penemuan naskah-naskah keagamaan di Sumatera Barat pada dasa warsa terakhir, menunjukkan kecendrungan beralihnya dominasi jumlah temuan ke wilayah darek M. Yusuf, 1995, tepatnya bagian timur Sumatera Barat seperti Agam dan 50 Kota. Keadaan ini memberi indikasi baru tentang intensitas pengembangan Islam di Minangkabau melalui jalur perdagangan pesisir timur, karena secara geografis daerah ini lebih dekat dan lebih mudah dijangkau oleh pelayaran dagang di jalur sungai-sungai yang bermuara ke pantai timur Sumatera. Hal yang demikian sekaligus juga akan memperlihatkan satu kemungkinan bagi peran salah satu ordo tarikat Naqsyabandi dalam proses perkembangan budaya masyarakat Minangkabau. Kedua indikasi ini paling tidak akan memperkaya temuan tentang jaringan aktifitas intelektual Islam yang selama ini lebih banyak mengungkap tentang besarnya peranan pesisir barat Sumatera dalam penyebaran agama Islam di daerah ini pada tahap awal. Perkembangan Islam melalui kegiatan sentra-sentra tarikat ini, telah meninggalkan jejaknya melalui naskah-naskah dengan topik-topik yang meliputi hampir semua aspek keislaman. Salah satu kenyataan yang dapat terlihat dari perkembangan sentra-sentra tarikat, baik Syatariyah, maupun Naqsyabandiyah di Minangkabau, ialah praktek pengamalan tasauf dengan menekankan pentingnya syari'ah Azra, 1995 288 dan tidak terdapat indikasi bahwa ajaran tarikat di wilayah ini mengarah pada pantheisme sebagaimana yang terdapat di Aceh pada abad ke 17. Oleh karena itu pemikiran keagamaan yang ditinggalkan oleh kedua aliran tasauf ini tidak hanya berisikan ajaran tasauf semata, akan tetapi meliputi hampir semua cabang ilmu-ilmu keislaman, bahkan upaya pencarian solusi kemasyarakatan dan urusan dunia lainnya memperoleh tempat dalam kajian-kajian mereka, seperti yang dikembangkan oleh Jalaluddin murid Tuanku nan Tuo di wilayah Agam lihat Dobbin, 1992151-152. Keluasan cakupan implementasi ajaran tasauf di Minangkabau sebagai dikemukakan, memang menarik untuk dikaji, karena kemampuan para tokoh tasauf dalam mentranformasikan inti ajarannya terhadap persoalan-persoalan kemasyarakatan, sehingga keberadaannya sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat termasuk kehidupan ekonomi, terutama di wilayah agraris pedalaman Minangkabau. Perkembangan Islam di sini -dalam perjalanannya memang di warnai oleh berbagai konflik keagamaan seperti yang terlihat dalam beberapa episode kesejarahan dalam abad ke 19 dan 20 dan hal ini sering dipandang sebagai suatu keniscayaan sejarah yang dapat dipahami pada akar kultural masyarakat Minangkabau sendiri. Akan tetapi, keadaan konflik ini juga, justru sekaligus memiliki potensi memunculkan berbagai praksis kultural dalam dinamika perkembangan masyarakatnya. Konflik keagamaan yang terjadi, baik antara Syathariyah dan Naqsyabandiyah, maupun antara Naqsyabandiyah dengan golongan pembaharu, telah melahirkan dinamika polemik pemikiran keagamaan yang berimplikasi terhadap intensitas kegiatan intelektual yang ditandai banyaknya dihasilkan naskah keagamaan. Naskah mana tentu tidak bisa diabaikan dalam melihat berbagai aspek kehidupan keagamaan di daerah ini. Latar depan fenomena keagamaan abad ke 19 dan ke 20, di saat mana lahirnya gagasan-gagasan awal pembaharuan Islam di Minangkabau, tidak dapat dilepaskan dari fenomena historis yang terjadi sejak abad ke 16 atau mungkin sejak abad ke 13 seperti yang diasumsikan sebagai awal kontak budaya Islam di wilayah ini. Kontak awal Islam ini, demikian juga proses serta bentuk konversi terhadap Islam pada tahap-tahap awal itu, tentu akan menjadi salah satu determinan yang memberi warna terhadap berbagai karakteristik yang muncul dalam perkembangan historis masyarakat di wilayah ini. Akan tetapi beberapa penjelasan sejarah yang banyak ditulis, sering memandang fenomena tersebut dari perspektif sosial struktural semata, sehingga kenyataan historis Islam itu sendiri luput diperhatikan. Apalagi pula kenyataan sumber-sumber yang terbatas serta paradigma sejarah yang barat sentris, menjadikan beberapa dimensi dari pengalaman historis agama ini menjadi terabaikan. Gerakan pembaharuan Islam di Sumatera Barat dimulai ketika Tuanku Nan Tuo bersama murid-muridnya di surau Koto Tuo mengambil peran pemasyarakatan syari'ah dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat agraris di wilayah pedalaman pada akhir abad ke-18. Gerakan yang merupakan aksi penataan kehidupan masyarakat dengan norma-norma keislaman pada fase pertama ini berjalan tanpa gesekan-gesekan. Namun pada fase kedua lebih meruncing karena menguatnya resistensi kaum adat. Kalangan adat merasa bahwa otoritas mereka terganggu oleh aksi beberapa kalangan ulama murid Tuanku Nan Tuo yang tidak sabar dalam menjalankan aksi syariyyah yang dihadapkan pada praktek-praktek adat yang tidak sesuai dengan ajaran agama Islam. Pertikaian adat dan agama yang terjadi pada awal abad ke 19 ini, oleh beberapa penulis terutama penulis asing-, dianggap sebagai aksi radikalisme yang dibawa dari pusat agama Islam sendiri. Berbagai interpretasi atas konflik inipun kemudian menjadi bahasan menarik untuk memberikan gambaran “kelabu seba-gai militansi golongan Islam dalam masyarakat Minangkabau, sebagaimana kita saksikan pada akhir tahun 2007 yang lalu. Pertikaian adat dan agama yang terjadi di wilayah pedalaman pada paruh pertama abad ke-19 menjadi jalan masuk bagi Belanda ke wilayah ini. Belanda, pada waktu sebelumnya hanya dapat menguasai wilayah pesisir karena kuatnya pertahanan wilayah pedalaman di bawah kaum agama, namun dengan politik belah bambu, Belanda mencoba memanfaatkan kedekatannya dengan kaum aristokrasi adat untuk secara berangsur-angsur menguasai wilayah-wilayah mereka sambil menekan golongan Islam. Kaum agama yang telah menguasai banyak nagari di wilayah pedalaman berusaha mempertahankan wilayah mereka dari intervensi asing. Ketika tujuan apa yang ada dibalik kerjasama Belanda dengan aristokrasi adat disadari, maka perjuangan kaum agama ini beralih menjadi perlawanan terhadap penjajahan disebut Perang Paderi. Selain itu, gerakan keagamaan yang telah berlangsung pada peralihan abad ke-18 dan ke-19 juga diwarnai dengan konflik keagamaan antara Syathariyah dan Naqsyabandiah. Setelah berakhirnya Perang Paderi 1837, perdebatan internal seputar paham tarikat ini ternyata tidak makin mereda, meski perhatian pada perbedaan pendapat itu teralihkan pada saat menghadapi musuh bersama. Polemik keagamaan ini kembali meruncing dan bahkan berimplikasi terhadap tumbuhnya motivasi sebagian masyarakat untuk berangkat ke Mekkah memperdalam pengetahuan agama Islam sambil menunaikan ibadah Haji. Kontak kedua kalangan ulama Minangkabau dengan Timur Tengah ini telah membawa pemikiran-pemikiran keagamaan yang sangat berpengaruh bagi perubahan-perubahan sosial di Minangkabau pada waktu-waktu berikutnya. Ahmad Khatib Al-Minangkabawy, salah seorang putera Minangkabau yang tidak merasa betah dengan kondisi sosial di daerah kelahirannya ini, mencoba untuk menetap di Mekkah dalam rangka mendalami ilmu-ilmu agama. Ketekunan serta tekadnya yang kuat menyebabkan Ahmad Khatib akhirnya mampu berdiri sejajar dengan ulama-ulama Timur Tengah lainnya, bahkan, dialah ulama asing pertama yang mampu menduduki posisi Mufti mazhab Syafi’i di Mekkah. Banyak kalangan ulama Indonesia yang belajar ke pusat Islam ini dikader langsung oleh Ahmad Khatib sendiri. Kepulangan murid-murid Ahmad Khatib ke Indonesia inilah, -menurut banyak kalangan-, telah memberikan kontribusi bagi pembaharuan keagamaan tahap kedua serta tumbuhnya pemikiran kebangsaan yang menjadi pemicu perlawanan terhadap kolonialisme di Indonesia pada awal abad ke-20. Munculnya generasi baru intelektual Islam Minangkabau pada akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20 ini ternyata mampu menjadi penyeimbang aksi politik etis Belanda yang telah memperluas jalur pendidikan barat bagi masyarakat pribumi. Surau-surau yang menjadi sentra pendidikan anak nagari di Minangkabau memperoleh nafas baru untuk bangkit bersaing dengan sistem pendidikan barat. Namun, seiring dengan kembalinya generasi baru intelektual Islam yang belajar di Timur Tengah ini ke Minangkabau, tercipta pula sebuah dinamika konflik keagamaan baru yang dipicu oleh munculnya pemikiran baru seputar keterikatan kepada mazhab dan kebolehan berijtihad. Konflik internal kedua ini lebih dikenal dalam sejarah dengan polemik Kaum Tua dan Kaum Muda. Persoalan pertama yang menjadi tema perdebatan kaum ulama ini adalah masalah praktek pengamalan tarikat Naqsyabandiyah yang oleh sebagian ulama pembaharu dianggap banyak yang keluar dari ajaran Islam yang sebenarnya, seperti praktek wasilah yang dianggap tidak sesuai dengan sunnah Hamka, 196779. Persoalan ini kemudian berkembang kepada masalah yang menyangkut kebolehan ijtihad serta perbedaan pendapat tentang masalah-masalah lainnya. Ulama-ulama kedua golongan ini pada dasarnya adalah produk Timur Tengah dan hampir semuanya adalah murid Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawy. Dari konflik yang muncul ini dapat diasumsikan dua hal pertama Ahmad Khatib dalam halaqah pengajian yang diberikan kepada murid-muridnya sewaktu belajar di Timur Tengah, tidak atau belum menyentuh persoalan-persoalan yang menyangkut masalah ijtihad, namun ia tidak melarang sekaligus juga tidak menganjurkan murid-muridnya untuk belajar ke Mesir, di mana gagasan awal pembaharuan Islam ini tumbuh dan berkembang. Kedua Latar belakang kultural masyarakat Minangkabau yang memelihara konflik sebagai sebuah dialektika dalam rangka melahirkan sintesis pemikiran pemikiran yang dinamis dan progresif. Bagi masyarakat Minangkabau, dinamika konflik diperlukan dan dipelihara agar kehidupan itu tidak menjadi statis, dan pengalaman sejarah juga telah mengajarkan bahwa dinamika konflik di Minangkabau tidaklah mengarah pada disintegrasi. Sebaliknya situasi konflik berpotensi dalam melahirkan tokoh-tokoh Minangkabau pada masa-masa selanjutnya, sebagaimana sejarah masyarakat ini telah membuktikannya. Tokoh pembaharuan keagamaan awal semisal Tuanku Nan Tuo yang alim dan bijaksana sekaligus pedagang ulet berhasil menjadikan hukum Islam sebagai landasan kehidupan masyarakat di pedalaman. Surau Tuanku Nan Tuo banyak melahirkan murid yang alim seperti yang kemudian dikenal dengan Syekh Jalaluddin Faqih Shaghir, atau yang cendikia namun tegas seperti Tuanku nan Renceh, demikian juga murid yang memiliki semangat juang membara semisal Tuanku Imam Bonjol dan banyak yang lainnya. Mereka ini tentulah merupakan produk situasi Minangkabau akhir abad ke 18. Pada akhir abad ke 19 muncul pula tokoh Ahmad Khatib Al-Minangkabawy, yang juga berasal dari daerah pedalaman. Tokoh ini tak kalah penting dari yang disebut terdahulu ; dari halaqahnya telah muncul ulama-ulama kharismatis dan piawai semisal Thaib Umar, H. Abdul Karim Amarullah, H. Abdullah Ahmad, Syekh Jamil Jambek. Theher Jalaluddin, dan lain-lainnya. Pendek kata, situasi Minangkabau dengan keunikan kulturalnya telah melahirkan banyak tokoh intelektual dan pejuang yang responsif terhadap berbagai persoalan sosial yang dihadapi di zamannya ; tokoh wanita semisal Rohana Kudus, Siti Manggopoh, Rahmah el-Yunusiyyah, Ratna Sari, dan lain-lain dari kalangan wanita di negeri ini, demikianpun di bidang politik kenegaraan seperti Syahrir, Mohammad Yamin, H. Agus Salim, Natsir, Hamka dan lainnya yang terlalu banyak untuk disebut satu persatu. Setidaknya sampai zaman kemerdekaan tokoh-tokoh dalam berbagai bidang telah terlahir dari ranah Minang ini. Dari catatan sejarah setelah kemerdekaan, kita menyaksikan suatu perubahan yang cendrung memperlihatkan gejala penurunan yang drastis yaitu tidak banyaknya muncul tokoh intelektual sebagaimana waktu sebelumnya. Hingga masa akhir Orde Baru, produk intelektual Minangkabau semakin tidak banyak yang mampu mewarnai khazanah pemikiran di negeri ini, gagasan-gagasan segar dari kalangan intelektual, politisi dan ulama tidak lagi menggema di seantero nusantara ini. Demikian juga dalam bidang pendidikan Islam,-setidaknya dalam tiga dasa warsa terakhir-, madrasah-madrasah jelmaan dari surau-surau yang dulunya didatangi oleh murid dari berbagai pelosok tanah air, untuk sebahagian hanya tinggal nama. Banyak madrasah yang sudah kehilangan tokoh kharismatis, akibat mandegnya proses regenerasi di kalangan mereka. Inilah realitas Minangkabau hingga waktu ini. sumber
AcaraFestival Kampoeng Kuliner Minangkabau yang berkolaborasi kuliner Minangkabau dengan Sudin PPKUKM Jakarta Selatan yang akan dilaksanakan di Pasaraya Blok M Jakarta Selatan. Acara Festival Kampoeng Kuliner Minangkabau ini digelar pada tanggal 10 sampai 13 Maret 2022 tepatnya di hari kamis, jumat, sabtu, minggu Pukul Wib.
Minang kabau terkenal dengan alamnya yang indah dan hijau. Pemandangan alam yang menyegarkan mata seperti pegunungan, sawah, kebun, sungai, bukit, dan lembah tidak sulit ditemukan di ranah minang ini. Luasnya alam minang kabau ini membuat orang minang dengan sendirinya belajar dari alam tersebut, sehingga terbentuklah falsafah yang dikenal sebagai “Alam Takambang Jadi Guru.” Falsafah ini sudah lama menjadi salah satu ajaran dan pedoman hidup mereka. Segala sesuatu yang ada di alam ini, yang berbeda fungsi dan perannya, saling berhubungan tetapi tidak saling mengikat, saling berbenturan tapi tidak saling melenyapkan, dan saling mengelompok tapi tidak saling meleburkan. Unsur-unsur itu masing-masing hidup dengan eksistensinya dalam suatu harmoni, tetapi dinamis sesuai dengan dialektika alam yang mereka namakan bakarano bakajadian bersebab dan beakibat. Contohnya seperti matahari yang terik masuk ke bumi, tetapi sinarnya yang terang dan panas itu bisa dihambat oleh pepohonan yang rimbun, sehingga manusia bisa berteduh di bawah pohon tersebut. Itu membuktikan bahwa hubungan pepohonan dan matahari itu saling berbenturan namun tidak saling melenyapkan, karena pohon menerima sinar matahari tapi tidak meneruskannya, sehingga yang berada di bawah pohon menjadi tidak kepanasan. Seperti pepatah minang berikut Api mambaka, aie mambasahi, tajam malukoi, runciang mancucuak, gunuang bakabuik, lurah baraie, lawik barombak, bukik barangin api membakar, air membasuh, tajam melukai, runcing menusuk, gunung berkabut, jurang berisikan air, laut berombak, bukit berangin. Yang artinya kita harus selalu hati-hati dengan alam agar tidak terluka. Iklan Dalam menerapkan falsafah tersebut, kita harus mengetahui makna yang terkandung di dalamnya. “Alam Takambang Jadi Guru” jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia berarti alam terkembang yang terbentang luas dijadikan sebagai guru. Jadi, arti secara harfiahnya adalah segenap unsur yang ada di alam yang terbentang luas ini dapat dijadikan sebagai pedoman hidup dan dapat menjadi ilmu. Segala fenomena yang terjadi di alam dapat ditarik sebagai sebuah pembelajaran baik dari segi falsafah maupun sebagai prinsip-prinsip yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sosial. Berbagai unsur-unsur yang terkandung di alam air, angin, api, tanah dapat ditarik dan ditelaah sebagai bentuk nilai-nilai yang berguna bagi kehidupan. Dalam menjalankan kehidupan manusia, belajar adalah kegiatan yang harus selalu dilakukan dan tidak dapat ditinggalkan sedetikpun, kapanpun dan dimanapun kita berada. Sebagaimana yang diajarkan Rasulullah, tuntutlah ilmu dari ayunan sampai keliang lahat. Dan juga terpapar jelas di peribahasa terkenal yaitu Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina. Belajar yang dimaksud disini bukan hanya sekedar belajar untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui tetapi belajar yang sungguh-sungguh dan mengaplikasikan apa yang sudah dipelajari. Pepatah minang mengatakan Panakiak pisau sirawik Penakik pisau siraut Ambiak galah batang lintabuang ambil galah batang intabuang Silodang ambiah ka niru selodang ambil untuk nyiru Nan satitiak jadikan lauik yang sekepal jadikan gunung Nan sakapa jadikan gunuang yang setitik jadikan laut Alam takambang jadi guru alam terkembang jadi guru Hakimy,2OO12 Pepatah di atas mengandung arti agar manusia selalu berusaha menyelidiki, membaca, serta mempelajari ketentuan-ketentuan yang terdapat pada alam semesta sebagai sunatullah. Dan hendaknya manusia selalu berusaha menggali dan menganalisis suatu permasalahan atau ilmu sampai menemukan kesimpulan yang dapat digunakan sebagai kompetisi yang berguna bagi manusia. Falsafah ini juga merupakan bentuk ketaatan orang minang terhadap Allah SWT. Alam yang indah dan luas ini merupakan rahmat terbesar yang diberikan oleh Allah SWT. Untuk itu, rahmat yang sudah diberikan ke pada kita tidak boleh disia-siakan begitu saja. Atas rahmat Allah-lah orang minang belajar dari alam. Karena pada dasarnya, masyarakat minang berpedoman teguh dengan Al-qur’an seperti pepatah berikut Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Artinya apapun perbuatan yang harus dilakukan dalam adat minangkabau tidak bertentangan dengan ajaran lslam bahkan dilandaskan pada ajaran lslam. Banyak terdapat perintah Allah ke pada manusia untuk meneliti alam semesta ini. Tujuannya juga agar manusia mengetahui tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah beserta rahasia yang terkandung di dalamnya demi kepentingan manusia sendiri. Sebab tanpa meneliti dan mengkaji alam itu manusia tidak akan memperoleh kemajuan dalam hidupnya. Semakin lama akan semakin bertambah banyak kebutuhan manusia di dunia ini karena semakin banyak manusia yang berkembang biak dan memadati bumi, sehingga mereka harus berjuang untuk mengatasi berbagai problema yang diakibatkan oleh pertumbuhannya itu sendiri. Tidak hanya itu, manusia juga dapat mengetahui hal-hal yang tersembunyi dari alam semesta ini. Di antara ayat-ayat yang menyuruh untuk meneliti alam semesta ini adalah firman Allah SWT “Katakanlah, Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman.” QS. 10 101 “Tidakkah kamu memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” QS. 31 29 “dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan untukmu dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang memahaminya.” QS. 16 12 Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada banyak manfaat yang dapat diperoleh jika kita menjadikan falsafah “Alam Takambang Jadi Guru” sebagai pedoman hidup, di mulai dari mendapatkan banyaknya ilmu baru secara gratis dari hanya dengan mengamati alam dan juga memperlihatkan bentuk ketaatan ke pada Allah SWT atas rahmat yang di berikan-Nya. REFERENSI Darwas, D. Dt. Rajo Malano. Filsafat Adat Minangkabau. Yayasan Lembaga Studi Minangkabau. Navis, Alam Terkembang Jadi Guru. PT. Grafiti Pers. 1984 Jakarta Syur'aini. “Pemanfaatan Falsafah Alam Takambang Jadi Guru Dalam Membangun Masyarakat Berpendidikan.” Seminar Internasional Konseling Lintas Budaya. 2019. diakses 11 September 2021. Ikuti tulisan menarik Firena Noverinda Hidayat lainnya di sini.
Masyarakattidak bisa hanya terkurung di dalam keyakinan adat istiadat semata. Keyakinan kaum muda itulah yang kemudian selalu dikaitkan dengan kemajuan intelektual di Minangkabau pada abad ke-20. "Di Minangkabau, gagasan tentang kemajuan adalah inti dari konflik-konflik kaum cendekiawan dalam beragam pokok masalah seperti adat dan agama.
Sejarah Silek Kajian sejarah silek memang rumit karena diterima dari mulut ke mulut, pernah seorang guru diwawancarai bahwa dia sama sekali tidak tahu siapa buyut gurunya. Bukti tertulis kebanyakan tidak ada. Seorang Tuo Silek dari Pauh, Kota Padang, cuma mengatakan bahwa dahulu silat ini diwariskan dari seorang kusir bendi andong dari Limau Kapeh, KabupatenPesisir selatan, Sumatera Barat. Seorang guru silek dari Sijunjung, Sumatera Barat mengatakan bahwa ilmu silat yang dia dapatkan berasal dari Lintau. Ada lagi Tuo Silek yang dikenal dengan nama Angku Budua mengatakan bahwa silat ini beliau peroleh dari Koto Anau, Kabupaten Solok. Daerah Koto Anau, Bayang dan Banda sapuluah di Kabupaten Pesisir Selatan, Pauh di Kota Padang atau Lintau pada masa lalunya adalah daerah penting di wilayah Minangkabau. Daerahsolok misalnya adalah daerah pertahanan kerajaan Minangkabau menghadapi serangan musuh dari darat, sedangkan daerah Pesisir adalah daerah pertahanan menghadapi serangan musuh dari laut. Tidak terlalu banyak guru-guru silek yang bisa menyebutkan ranji guru-guru mereka secara lengkap. Jika dirujuk dari buku berjudul Filsafat dan Silsilah Aliran-Aliran Silat Minangkabau karangan Mid Djamal 1986, maka dapat diketahui bahwa para pendiri dari Silek Silat di Minangkabau adalah Datuak Suri Dirajo diperkirakan berdiri pada tahun 1119 Masehi di daerah Pariangan, Padangpanjang, Sumatera Barat. Kambiang Utan diperkirakan berasal dari Kamboja, Harimau Campo diperkirakan berasal dari daerahChampa, Kuciang Siam diperkirakan datang dari Siam atau Thailand dan Anjiang Mualim diperkirakan datang dari Persia. Di masa Datuak Suri Dirajo inilah silek Minangkabau pertama kali diramu dan tentu saja gerakan-gerakan beladiri dari pengawal yang empat orang tersebut turut mewarnai silek itu sendiri. Nama-nama mereka memang seperti nama hewan Kambing, Harimau, Kucing dan Anjing, namun tentu saja mereka adalah manusia, bukan hewan menurut persangkaan beberapa orang. Asal muasal Kambiang Hutan dan Anjiang Mualim memang sampai sekarang membutuhkan kajian lebih dalam darimana sebenarnya mereka berasal karena nama mereka tidak menunjukkan tempat secara khas. Mengingat hubungan perdagagan yang sangat telah berumur ratusan sampai ribuan tahun antara pesisir pantai barat kawasan Minangkabau Tiku, Pariaman, Air Bangis, Bandar Sepuluh dan Kerajaan Indrapura dengan Gujarat India, Persia Iran dan sekitarnya, Hadhramaut Yaman dan bahkan Mesir di masa lalu, bukan tidak mungkin silat Minangkabau memiliki pengaruh dari beladiri yang mereka miliki. Sementara itu, dari pantai timur Sumatera melalui sungai dari propinsi Riau yang memiliki hulu ke wilayah Sumatera Barat Minangkabau sekarang, maka hubungan beladiri Minangkabau dengan beladiri dari Cina, Siam dan Champa bisa terjadi karena jalur perdagangan, agama, ekonomi dan politik. Beladiri adalah produk budaya yang terus berkembang berdasarkan kebutuhan di masa itu. Perpaduan dan pembauran antar beladiri sangat mungkin terjadi. Bagaimana perpaduan ini terjadi membutuhkan kajian lebih jauh. Awal dari penelitian itu bisa saja diawali dari hubungan genetik antara masyarakat di Minangkabau dengan bangsa-bangsa yang disebutkan di atas. Jadi boleh dikatakan bahwa silat di Minangkabau adalah kombinasi dari ilmu beladiri lokal, ditambah dengan beladiri yang datang dari luar kawasan Nusantara. Jika ditelusuri lebih lanjut, diketahui bahwa langkah silat di Minangkabau yang khas itu adalah buah karya mereka. Langkah silat Minangkabau sederhana saja, namun dibalik langkah sederhana itu, terkandung kecerdasan yang tinggi dari para penggagas ratusan tahun yang lampau. Mereka telah membuat langkah itu sedemikian rupa sehingga silek menjadi plastis untuk dikembangkan menjadi lebih rumit. Guru-guru silek atau pandeka yang lihai adalah orang yang benar-benar paham rahasia dari langkah silat yang sederhana itu, sehingga mereka bisa mengolahnya menjadi bentuk-bentuk gerakan silat sampai tidak hingga jumlahnya. Kiat yang demikian tergambar di dalam pepatah jiko dibalun sagadang bijo labu, jiko dikambang saleba alam jika disimpulkan hanya sebesar biji labu, jika diuraikan akan menjadi selebar alam Penyebaran Silek Sifat perantau dari masyarakat Minangkabau telah membuat silek Minangkabau sekarang tersebar kemana-mana di seluruh dunia. Pada masa dahulunya, para perantau ini memiliki bekal beladiri yang cukup dan kemanapun mereka pergi mereka juga sering membuka sasaran silat peguruan silat di daerah rantau dan mengajarkan penduduk setempat beladiri milik mereka. Mereka biasanya lebur dengan penduduk sekitar karena ada semacam pepatah di Minangkabau yang mengharuskan mereka berbaur dengan masyarakat di mana mereka tinggal. Bunyi pepatah itu adalah dima bumi dipijak di situ langik dijunjuang, dima rantiang dipatah di situ aia disauak Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung, dimana rantiang dipatah di situ air disauk. Pepatah ini mengharuskan perantau Minang untuk menghargai budaya lokal dan membuka peluang silat Minangkabau di perantauan mengalami modifikasi akibat pengaruh dari beladiri masyarakat setempat dan terbentuklah genre atau aliran baru yang bisa dikatakan khas untuk daerah tersebut. Silek Minangkabau juga menyebar karena diajarkan kepada pendatang yang dahulunya berdiam di Ranah Minang. Jadi dapat dikatakan bahwa silek itu menyebar ke luar wilayah Minangkabau karena sifat perantau dari masyarakat Minangkabau itu sendiri dan karena diajarkan kepada pendatang. Penyebaran dan pengaruh silek di dalam negeri Silek yang menyebar ke daerah rantau luar kawasan Minangkabau ada yang masih mempertahankan format aslinya ada yang telah menyatu dengan aliran silat lain di kawasan Nusantara. Beberapa peguruan silat menyatukan unsur-unsur silat di Nusantara dan Silek Minang masuk ke dalam jenis silat yang memengaruhi gerakan silat mereka. Beberapa contoh yang dapat diberikan adalah Silek 21 Hari Silat ini berkembang di wilayah perbatasan antara Pasaman dan Propinsi Riau, silat ini jarang diungkapkan di dalam kajian Silek Minangkabau jadi keterangan tentang silat ini masih terbatas dan dalam penelitian. Silat ini lebih menekankan aspek spiritual dan berasal dari kalangan pengamal tarekat di Minangkabau. Saat ini masih ada keturunan Pagaruyung Minangkabau yang mengajarkan silat ini di beberapa kawasan di Propinsi Riau, seperti di Rokan Hulu Kuntu Darussalam, Mandau Duri, Rokan Hilir, dan Perawang. Silat ini tergolong jenis yang ditakuti di daerah tersebut dan juga berkembang sampai ke Malaysia. Silat Sabandar dari Tanah Sunda dikembangkan oleh perantau Minangkabau yang bernama Mohammad Kosim di Kampung Sabandar, Jawa Barat. Silek ini disegani di Tanah Sunda. Seiring dengan perkembangan dan pembauran dengan tradisi silat di Tanah Sunda, silat ini telah mengalami variasi sehingga bentuknya menjadi khas untuk daerah tersebut. Silat Pangian di Kuantan Singgigi, Propinsi Riau, terdiri dari Silek Pangian Jantan dan Silek Pangian Batino. Silek Pangian ini asalnya dari daerah Pangian, Lintau, Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat. Silek ini adalah silek yang legendaris dan disegani dari wilayah Kuantan. Di Kuantan tentu saja silek ini telah mengalami perkembangan dan menjadi ciri khas dari tradisi wilayah tersebut. Awalnya pendiri dari silek ini adalah petinggi dari kerajaan Minangkabau yang pergi ke daerah Kuantan. Perguruan Silat Setia Hati, adalah peguruan besar dari Tanah Jawa. Pada masa dahulunya, Pendiri dari Peguruan ini, Ki Ngabei Ageng Soerodiwirdjo banyak belajar dari silek Minangkabau disamping belajar dari berbagai aliran dari silat di Tanah Sunda, Betawi, Aceh dan kawasan lain di Nusantara. Silek Minangkabau telah menjadi unsur penting dalam jurus-jurus Peguruan Setia Hati. Setidaknya hampir semua aliran silek penting di Minangkabau telah beliau pelajari selama di Sumatera Barat pada tahun adalah tokoh yang menghargai sumber keilmuannya, sehingga beliau memberi nama setiap jurus yang diajarkannya dengan sumber asal gerakan itu. Beliau memiliki watak pendekar yang mulia dan menghargai guru. Silat Perisai Diri, yang didirikan oleh RM Soebandiman Dirdjoatmodjo atau dikenal dengan Pak Dirdjo, memiliki beberapa unsur Minangkabau di dalam gerakannya. Silat Perisai Diri memiliki karakter silat tersendiri yang merupakan hasil kreativitas gemilang dari pendirinya. Perisai Diri termasuk peguruan silat terbesar di Indonesia dengan cabang di berbagai negara. Satria Muda Indonesia, yang pada awalnya berasal dari Peguruan Silat Baringan Sakti yang mengajarkan silek Minangkabau, kemudian berkembang dengan menarik berbagai aliran-aliran silat di Indonesia ke dalam peguruannya. Silat Baginda di Sulawesi Utara adalah silat yang berasal dari pengawal Tuanku Iman Bonjol yang bernama Bagindo Tan Labiah Tan Lobe yang dibuang ke Manado pada tahun 1840. Tan Labiah meninggal dunia pada tahun 1888. Penyebaran silek di luar negeri Singapura Posisi Singapura atau dahulu disebut Tumasik yang strategis membuat wilayah ini dikunjungi oleh berbagai bangsa semenjak dahulu kala. Silek Minangkabau telah menyebar ke sana pada tahun 1160 dengan ditandainya gelombang migrasi bangsa Melayu dari Minangkabau. Malaysia Penyebaran Silek Minangkabau di Negeri Malaysia terjadi terutama akibat migrasi penduduk Minangkabau ke Malaka pada abad ke 16 dan juga karena adanya koloni Minangkabau di Negeri Sembilan. Silek Pangian, Sitaralak, Silek Luncur juga berkembang di negeri jiran ini. Silat Cekak, salah satu peguruan silat terbesar di Malaysia juga memiliki unsur-unsur aliran silek Minangkabau, seperti silek Luncua, Sitaralak, kuncian Kumango dan Lintau di dalam materi pelajarannya. Posisi Malaysia yang rawan dari serangan berbagai bangsa terutama bangsa Thai membuat mereka perlu merancang sistem beladiri efektif yang merupakan gabungan antara beladiri Aceh dan peguruan silat menggunakan nama Minang atau Minangkabau di dalam nama peguruannya Filipina Penyebaran Islam ke Mindanao, yang dilakukan oleh Raja Baginda, keturunan Minangkabau dari Kepulauan Sulu pada tahun ini mungkin akan mengakibatkan penyebaran budaya Minangkabau, termasuk silat ke wilayah Mindanao. Bukti-buktinya masih perlu dikaji lebih dalam Brunei Darussalam Penyebaran Silek ke Brunei seiring dengan perjalanan bangsawan dan penduduk Minangkabau ke Negeri Brunei. Seperti yang sudah dijelaskan pada awal tulisan ini, bahwa silek adalah bagian dari budaya Minangkabau, oleh sebab itu mereka yang pergi merantau akan membawa ilmu beladiri ini kemanapun, termasuk ke Brunei Darussalam. Kajian hubungan silek Minangkabau dan Brunei masih dibutuhkan, namun yang pasti, para pemuka kerajaan Brunei memiliki pertalian ranji dengan raja-raja di dugaan bahwa Awang Betatar, pendiri kerajaan Brunei 1363-1402 yang gagah berani berasal dari Minangkabau karena gelar-gelar dari saudara-saudara beliau mirip dengan gelar-gelar dari Minangkabau, namun catatan tertulis diketahui bahwa migrasi masyarakat Minangkabau berawal dari pemerintahan Sultan Nasruddin Sultan Brunei ke-15 tahun 1690-1710 yang ditandai dengan tokoh yang bernama Dato Godam Datuk Godam atau Raja Umar dari keturunan Bandaro Tanjung Sungayang, Pagaruyung Austria Peguruan sileknya bernama PMG=Sentak, dikembangkan oleh Pandeka Mihar Spanyol Peguruan sileknya bernama Harimau Minangkabau, dikembangkan oleh Guru Hanafi di kota Basque Belanda Silek Tuo dikembangkan oleh Doeby Usman, Satria Muda, dikembang oleh Cherry dan Nick Smith pada 1971. Mereka adalah murid dari dari Guru W. Thomson, Paulu Sembilan, Silat dari Pauh Sembilan Kota Padang, Hongkong Peguruannya bernama Black Triangle Silat dikembangkan Pendekar Scott McQuaid. Pendekar Scott adalah termasuk dalam jalur waris dari guru Hanafi, sama dengan Guru de-Bordes di Ghana. Amerika Serikat Bapak Waleed adalah salah satu tokoh yang mengembangkan silek Minangkabau di USA, Baringin Sakti yang dikembangkan oleh Guru Eric Kruk. Perancis Peguruannya bernama Saudara Kaum dikembangkan oleh Haji Syofyan Nadar. Peguruan ini juga memiliki guru mengajarkan silat dari Tanah Sunda seperti Maenpo Cianjur Sabandar, Cikalong dan Cikaretdan Silat Garis Paksi. Ghana, Afrika Peguruannya bernama Harimau Minangkabau dikembangkan oleh Guru de-Bordes yang belajar ke Guru Hanafidengan permainan silat harimau.
. s64ugi49sc.pages.dev/479s64ugi49sc.pages.dev/209s64ugi49sc.pages.dev/892s64ugi49sc.pages.dev/631s64ugi49sc.pages.dev/326s64ugi49sc.pages.dev/100s64ugi49sc.pages.dev/127s64ugi49sc.pages.dev/135s64ugi49sc.pages.dev/12s64ugi49sc.pages.dev/354s64ugi49sc.pages.dev/965s64ugi49sc.pages.dev/836s64ugi49sc.pages.dev/84s64ugi49sc.pages.dev/336s64ugi49sc.pages.dev/834
ilmu minang masuk sini